Senin, 22 November 2010

THE LIFE OF BROKEN CHAIN

10 years ago


Matahari mulai bangun dari tidur panjangnya, tersenyum muram di balik awan pagi yang sombong menghalangi. Di sebuah rumah sederhana, di lingkungan perumahan yang sederhana pula berkumpul banyak orang dan banyak petugas kepolisian. Aura muram melingkupi rumah yang kini di lilit oleh garis polisi itu. Para tetangga miris melihat mayat 2 suami-istri penghuni rumah itu dibungkus kantong mayat yang kini diangkat ke dalam ambulan putih meraung-raung sendu. Para petugas mencoba mesterilkan TKP dari orang-orang luar. Beberapa orang yang kebetulan lewat, hanya menoleh sebentar ke arah rumah penuh tragedi itu.

Suasana pagi itu amat muram, membuat nafsu makan terhenti dan keinginan terkubur. Tapi tak menyurutkan keingin tahuan dua detektif dari kepolisian untuk masuk ke dalam TKP. Mereka berjalan pelan, menelusuri tiap sudut dari rumah yang dicurigainya. Mencoba menyelami tiap-tiap jiwa dalam rumah itu yang mungkin masih tersisa di sana. Sementara petugas-petugas forensik yang lain menjalankan tugasnya masing-masing mulai dari mengumpulkan bukti, meneliti DNA yang mungkin tersisa, sidik jari serta jejak kaki yang tak terlihat.


“bukankah ada seorang bocah yang tinggal bersama mereka??”, kata salah seorang detektif dengan jambang yang aneh bertanya pada detektif berdasi merah. Si-detektif berjambang membuka buku catatan yang selalu dibawanya. “aku sudah memeriksanya, sepertinya si-bocah kabur begitu saja”, si-detektif berdasi melongok ke dalam sebuah ruangan yang dianggapnya agak janggal. “maksudmu??”, si-detektif berjambang mengerutkan alisnya keheranan dan mengusap-usap jambangnya pelan. “mungkin dia lari ketakutan setelah melihat pamannya membunuh bibinya”, si-detektif berdasi menunjukkan kamar si-bocah. Lalu mereka masuk ke dalam kamar si-bocah.
Kamar si-bocah yang tinggal bersama paman dan bibinya itu berantakan. Barang-barangnya masih berada di sana, tas sekolah, pakaian, serta peralatannya yang lain. Tapi hanya satu benda yang tak ada di sana, foto diri si-bocah.

Matahari semakin condong ke barat, para petugas kepolisian hampir menyelesaikan tugasnya. Dan sampailah pada kesimpulan, paman si-bocah membunuh istrinya sebelum akhirnya dia bunuh diri. Itulah anggapan hampa dari para polisi, tanpa mengetahui kenyataan di balik kematian dua pasutri itu.

---------------------------------------------------------------------
Bermil-mil jauhnya dari letak rumah tragedi di atas, di saat yang hampir bersamaan. Di sebuah bangunan pabrik tua kosong yang telah tak terpakai. Kotor, berkarat, dengan lubang di atap, jendela dan di lantai. Seorang pria berusia sekitar 20-an bersama seorang bocah berambut putih pirang kebiruan duduk di sudut ruang kosong bangunan itu. Si-bocah memperhatikan sekelilingnya, hanya sebuah bangunan pabrik yang tak terpakai dengan banyak benda berserakan, rumput-rumput liar dan sudut-sudut yang berkarat. Selain cahaya matahari, air hujan bahkan bisa menerobos atap bangunan yang telah keropos dan kusam.


Tobe continued....................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar